Puluhan aktivis lingkungan demo di Kantor Perum Perhutani Unit II Jatim di Jalan Gentengkali, Surabaya, Selasa (08/09/2015).
Mereka menilai Perum Perhutani gagal mengelola hutan lindung di Jatim.
Satu diantara indikatornya jumlah sumber mata air yang terus berkurang, khususnya yang berada di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS).
Amiruddin Muttaqien Direktur Padepokan Wonosalam Lestari (PWL) yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pelindung Hutan dan Pelestari Mata Air Jatim mengatakan, berdasar data yang dihimpun, sekarang ini jumlah mata air di wilayah hutan lindung di beberapa wilayah, seperti Malang, Jombang, Lumajang, Tulungagung, Trenggalek, Mojokerto, dan Blitar terus menyusut.
“Kalau empat tahun lalu, di kawasan hutan lindung Jatim termasuk DAS luasnya mencapai 344.742 hektar dan terdapat lebih dari 1.597 mata air, sekarang tinggal separuhnya,” ujar Amir.
Sementara lahan kritis di DAS Brantas, berdasar data yang disampaikan Badan Pengelola DAS Brantas, jumlah lahan kritis mencapai 231.290 hektar.
Luasan lahan kritis itu terancam terus meluas kalaiu tidak dilakukan langkah antisipasi secepatnya.
“Kalau lahan kritis terus dibiarkan meluas sangat berbahaya, karena rentan terjadi bencana banjir dan tanah longsor,” tegas Amir penerima Pagebluk Award 2011 lalu dari Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan sebagai pelestari mata air di Jombang.
Sementara Yahya Amin Sekretaris Divre Perum Perhutani Jawa Timur yang menemui para aktivis lingkungan berjanji akan menemui warga di Jombang dan melihat kondisi hutan dan mata air yang dilaporkan rusak. [TAS]