Sesudah menyelesaikan fase pembinaan dan pendampingan tahap pertama kepada 34 Perpustakaan Daerah di tingkat Kabupaten, Coca-Cola Foundation Indonesia lewat program ‘PerpuSeru’, Coca Cola terus memperluas cakupan programnya kepada 70 Perpustakaan Desa dan 6 Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di 19 Kabupaten di Indonesia.
Perluasan ini merupakan bagian dari upaya untuk terus mengembangkan potensi perpustakaan, baik di tingkat Kabupaten maupun Desa, dalam memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan pembangunan di daerah mereka.
Pada fase lanjutan ini, program ‘PerpuSeru’ memberikan pedampingan serta mendorong para Perpustakaan Kabupaten yang telah menjadi mitra ‘PerpuSeru’ selama ini untuk dapat meneruskan atau mereplikasi program yang sama kepada lebih banyak perpustakaan di tingkat desa. Beberapa fokus pembinaan yang dilakukan diantaranya pelatihan dan mentoring ke perpustakaan di tingkat desa terkait advokasi, proses peningkatan akses dan penggunaan komputer dan internet, serta pengadaan kegiatan yang berorientasi pada keterlibatan masyarakat atau community engagement.
Titie Sadarini Direktur Pelaksana Coca-Cola Foundation Indonesia mengungkapkan, fokus utama ‘PerpuSeru’ adalah untuk mengembangkan perpustakaan menjadi pusat belajar dan berkegiatan masyarakat yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi, dengan tujuan dapat memberikan dampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. “Selama kurang lebih 4 tahun pelaksanaannya kami sudah melihat banyak peran strategis yang dapat dimainkan oleh perpustakaan yang telah membawa dampak positif bagi masyarakat, mulai dari literasi digital hingga perbaikan kualitas hidup dan ekonomi mereka,” ujar Titie.
Sebagai bagian dari pendampingan yang diberikan, para perpustakaan yang menjadi mitra ‘PerpuSeru’ diarahkan untuk mentransformasikan dirinya, tidak hanya sebagai tempat membaca dan meminjam buku, namun juga menjadi menfasilitasi kegiatan-kegiatan yang menjadi kebutuhan masyarakat seperti pengembangan ekonomi, pertanian, pendidikan, IT, dan juga kesehatan.
Sementara Sri Sularsih Kepala Perpustakaan Nasional RI mengatakan, dengan manfaat nyata yang dirasakan masyarakat, seperti peningkatan usaha dan pendapatan, peningkatan prestasi pendidikan, atau bahkan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, menunjukkan bahwa perpustakaan juga memiliki potensi untuk berperan dalam mendorong pencapaian tujuan pembangunan daerah. “Melalui perpustakaan, masyarakat dapat memperoleh berbagai informasi yang bisa digunakan dalam menjawab tantangan kehidupan, dan bahkan perpustakaan juga dapat menjembatani komunikasi pemerintah daerah dan masyarakat sehingga bisa menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan publik untuk mencapai tujuan pembangunan daerah,” jelas Sri, Jumat (21/05/2015).
Selama empat hari ini (18-21 Mei), ‘PerpuSeru’ mengadakan acara Peer Learning Meeting (PLM) yang diselenggarakan di Bali bersama dengan lebih dari 400 penggiat perpustakaan di daerah, termasuk para kepala dan pengurus perpustakaan, pengelola Taman Bacaan Masyarakat, hingga para Kepala Daerah yang terkait, untuk saling berbagi keberhasilan dalam pengembangan perpustakaan mereka.
Erlyn Sulistyaningsih Direktur Program PerpuSeru menambahkan, keberhasilan suatu perpustakaan harus bisa direplikasi. “Hari ini kami memfasilitasi kesempatan untuk saling belajar, memotivasi, hingga menginspirasi, untuk terus melanjutkan Program ‘PerpuSeru’ di lebih banyak perpustakaan lagi, hingga ke tingkat pedesaan, agar dapat memberi manfaat yang lebih luas bagi masyarakat dan pencapaian pembangunan daerah,” jelas Erlyn.
Dari hasil pengamatan Common Impact Measurement System (CIMS) yang dilakukan selama dua minggu di delapan perpustakaan mitra program terpilih, diantaranya Bengkulu Utara (Bengkulu), Tabalong (Kalimantan Selatan), Jepara (Jawa Tengah), Gunungkidul (DI Yogyakarta), Bojonegoro, Pamekasan (Jawa Timur), Lombok Tengah dan Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat).
Dengan kondisi itu terlihat kalau perpustakaan daerah kabupaten atau kota mampu berkontribusi besar dalam pencapaian tujuan pembangunan dengan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan perpustakaan daerah juga mampu menularkan keberhasilan dan transfer kapabilitas ke perpustakaan desa sehingga memberi manfaat bagi masyarakat yang lebih luas, diantaranya menghemat biaya dengan adanya internet gratis dan menjadi lebih sering berkomunikasi dengan keluarga dan teman (menggunakaan fasilitas chating atau Skype), serta minat baca yang meningkat sebagai hasil masyarakat sering menggunakan layanan perpustakaan.
Wahyu Widodo warga Desa Wonorejo yang waktu itu seorang pengangguran datang ke perpustakaan Desa Wonorejo, Kabupaten Sragen, untuk membaca dan menggunakan layanan komputer dan internet.
“Saya memanfaatkan layanan internet di perpustakaan dan mendapat ide untuk membuka usaha pembibitan jahe merah. Banyak hal yang saya pelajari tentang jahe merah lewat internet, mulai dari cara memilih bibit yang bagus dan bagaimana cara pembibitan yang baik. Akhirnya saya bisa membibitkan jahe merah di rumah dan menjualnya secara online. Kini bibit jahe merah saya sudah masuk di beberapa kota di pulau Jawa dan Sumatera. Berkat layanan yang ada di perpustakaan desa, saya bisa membuka usaha kecil pembibitan jahe merah dirumah dan bisa menambah penghasilan saya dirumah yang dulunya hanya seorang pengangguran,” tutur Wahyu. [ICA]