Prihatin dengan kondisi kerusakan mangrove di Kawasan Pesisir Surabaya, dua peneliti dari Filipina akan datang ke Surabaya.
Mereka yang akan turun memantau langsung kerusakan mangrove di Surabaya, Mr. Pocholo A. Suarez dan Ms. Carmencita P. Toledo.
Dua peneliti itu merupakan utusan Prof. Federico Macaranas, Ph.D. dari Asian Institute of Management Graduate School of Business (GSB) and the Zuelling School for Development Management (AIM-ZSDM) Filipina yang akan memantau rusaknya mangrove di Kawasan Pesisir Utara dan Timur Surabaya, mulai Senin 23 Maret 2015 mendatang.
Para peneliti yang datang ke Surabaya itu selain akan fokus meneliti dan memantau kerusakan lingkungan di Surabaya, khususnya mangrove mereka juga akan meneliti dampak kerusakan lingkungan pada masyarakat yang ada di sekitarnya.
Kedatangan para peneliti itu difasilitasi Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan – KJPL Indonesia (Community Environmental Care Journalists) – CECJ Indonesia sebagai organisasi jurnalis lingkungan yang selama ini konsen pada kasus-kasus perusakan lingkungan termasuk diantaranya perusakan mangrove di Kawasan Pesisir Utara dan Timur Surabaya.
“Para peneliti dan tim ahli itu ingin tahu kondisi sebenarnya di lapangan seperti apa, karena selama ini mereka baru melihat dari jaringan media yang disampaikan KJPL. Dengan kedatangan mereka, diharapkan fakta yang ada bisa diungkap lebih luas di jaringan aktivis lingkungan dunia, khususnya di Asia Pasifik,” ujar Teguh Ardi Srianto Ketua Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan – KJPL Indonesia, Minggu (22/03/2015).
Menurut Teguh, kondisi yang ada di pesisir Surabaya sudah tidak bisa dibiarkan, semua pihak yang harusnya menegakkan hukum lingkungan hidup justru diam, termasuk para pemangku kebijakan dan wilayah di Surabaya juga diam dengan kondisi yang ada.
“Upaya kami dengan melaporkan kondisi yang ada ke mata dunia ini merupakan satu diantara jalan agar ada perbaikan kondisi mangrove yang ada di kawasan pesisir Surabaya Utara dan Timur,” paparnya.
Ditambahkan Teguh, selain para ahli dari Asia, rencananya dalam waktu dekat beberapa pakar dan ahli mangrove dari Jepang, Australia dan Amerika Serikat juga akan datang ke Surabaya untuk melihat langsung kerusakan mangrove di Surabaya.
“KJPL berharap dengan adanya fakta yang tidak bisa dibohongi ini, semua kebusukan yang selama ini ditutupi di Surabaya bisa diungkap di dunia internasional,” jelasnya.
Teguh menuturkan, upaya yang dilakukan KJPL Indonesia tidak cukup hanya dengan menulis untuk segera adanya perbaikan kondisi mangrove yang dibabat orang-orang tidak bertanggung jawab, tapi perlu segera ada aksi nyata di lapangan diantaranya revitalisasi dan konservasi mangrove.
“Harusnya upaya yang kami lakukan ini didukung pemerintah mulai kota, provinsi dan pusat, tapi kalau semua hanya diam, maka kami dengan amat sangat terpaksa harus mengungkap kasus ini ke dunia internasional,” tegasnya.
Ketua KJPL Indonesia ini mengatakan, dengan adanya perhatian dunia internasional pada rusaknya mangrove di Kawasan Pesisir Utara dan Timur Surabaya harusnya Pemkot Surabaya malu, karena kondisi wilayahnya ternyata tidak seindah yang digembar-gemborkan selama ini. [HAR]