Karena kecewa dengan janji polisi dalam penangan kasus penjarahan satwa di Kebun Binatang Surabaya (KBS). Aktivis pecinta satwa ancam akan menggelar demo di Mapolrestabes Surabaya dalam peringatan Hari Ibu, Senin (22/12/2014) besok.
Para pecinta satwa dan pemerhati satwa juga aktivis lingkungan hidup menduga ada yang tidak beres dengan kerja polisi dalam menangani kasus itu.
Alexander Koordinator Asosiasi Pecinta Satwa Indonesia (APECSI) mengatakan, dalam kasus penjarahan satwa yang diduga dilakukan Tim Pengelola Sementara (TPS) waktu itu diketuai Toni Sumampouw (TS) sudah terlihat jelas pelanggaran hukumnya.
“Tidak hanya dasar aturannya yang dilanggar, tapi proses administrasi dan pidananya juga dilanggar, tapi kenapa polisi tidak segera menetapkan tersangka dalam kasus ini, mau dibawa kemana kasus ini oleh polisi?” tanya Alex, Minggu (21/12/2014).
Untuk itu kata Alex, dia bersama ratusan aktifis pecinta satwa dan lingkungan akan menggelar aksi di Mapolrestabes Surabaya dalam peringatan Hari Ibu 22 Desember 2014.
“Kita memilih melakukan aksi tepat pada peringatan Hari Ibu, karena ingin mengingatkan polisi dan penegak hukum lainnya, kalau mereka ada di dunia ini karena seorang ibu, tanpa ibu mereka tidak bisa jadi polisi, untuk itu kalau sudah jadi polisi harusnya mereka tidak berbohong atau memutarbalikan fakta hukum, karena itu akan berdosa besar dan dibawa sampai mereka mati,” tegas Alex.
Selain mendesak kejujuran polisi dalam mengungkap kasus penjarahan satwa di Kebun Binatang Surabaya, para pecinta satwa dan para aktivis lingkungan hidup juga akan menggelar aksi serentak di Jakarta yang rencananya dipusatkan di Bundaran Hotel Indonesia dan Monas juga di Istana Presiden.
“Dengan aksi serentak itu, diharapkan kasus penjarahan satwa di KBS tidak akan menguap dan dipetieskan, karena ini sudah menjadi isu internasional. Kalau kasus ini tidak tuntas maka dunia internasional akan memboikot penukaran satwa khususnya untuk Indonesia,” papar Alex.
Ditambahkan Alex, kalau pemboikotan itu berlaku internasional, maka yang akan dirugikan semua lembaga konservasi di Indonesia. “Dampaknya di semua lembaga konservasi akan ‘miskin’ koleksi satwa. Bisa jadi semua lembaga konservasi hanya akan memasang foto dan gambar satwa yang pernah ada di setiap kandang yang dimiliki,” ungkap Alex.
Aksi besar-besaran para pemerhati dan pecinta satwa juga aktivis lingkungan hidup itu juga akan dilanjutkan pada waktu peringatan Hari Natal di 25 Desember 2014. “Dengan perayaan natal, kami berharap ada kejujuran yang tulus dari hati para penegak hukum dalam mengungkap kasus penjarahan satwa di KBS,” ucap Alex.
Menurut Alex, aksi-aksi yang akan digelar para pecinta satwa dan pemerhati satwa juga aktivis lingkungan hidup itu juga sebagai bentuk ketidakpercayaan masyarakat pada pemerintah, khususnya Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang harusnya berperan di depan dalam mengungkap dugaan sindikat perdagangan satwa di Kebun Binatang Surabaya.
Sementara Abdullah Amank dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN) mengatakan dalam aksi di Hari Ibu itu, para aktivis pemerhati dan pecinta satwa akan menyampaikan beberapa desakannya pada polisi agar mereka tegas menegakkan aturan hukum yang ada.
“Kami berharap polisi tidak loyo dalam menangani kasus penjarahan satwa koleksi KBS yang diduga kuat dilakukan Tim Pengelola Sementara (TPS) yang waktu itu dipimpin Toni Sumampouw yang juga Bos Taman Safari,” jelas Amank.
Selain itu, JAAN menurut Amank juga sudah melakukan koordinasi dengan semua jaringan LSM Internasional termasuk diantaranya World Wildlife Fund (WWF) untuk memasukkan nama Toni Sumapouw dan Rahmat Shah Ketua Umum Perkumpulan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) dalam daftar hitam pelaku perdagangan satwa Internasional. [HAR]