Julia Robert merupakan nama yang diberikan pada satu diantara pohon asem yang dipindahkan dari Jalan Raya Wringinanom ke bantaran Kali Surabaya, Gresik.
Pohon asem yang diberi nama Julia Robert ini memang tergolong pohon asem ukuran jumbo yang diperkirakan usianya sudah belasan tahun berada di tepi Jalan Wringinanom, sebelum digusur karena proyek pembangunan jalan di kawasan itu yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga Pemprov Jawa Timur.
Prigi Arisandi Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mengatakan, selain Julia Robert, sebelumnya juga sudah dipindahkan beberapa pohon asem lainnya, yang juga diberi julukan, agar memudahkan untuk mengidentifikasi.
“Beberapa pohon asem lainnya yang sudah kita pindahkan dari Jalan Wringinanom ke bantaran Kali Surabaya, diantaranya Brigitta, Jessica, Nurinten, Jumi’ah, dan Laura,” jelas Prigi, di Gresik, Jumat (10/07/2015).
Proses pemindahan pohon-pohon asem yang berhasil diselamatkan dari penebangan Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga Provinsi Jawa Timur itu, tidak hanya memakan waktu, tenaga dan biaya yang sangat banyak, tapi juga perlu keahlian khusus yang tidak ada sekolah formalnya.
“Pohon-pohon yang dipindahkan itu, usianya sudah ratusan tahun, jadi wajar, kalau kami menduga ada ‘penghuninya’ di setiap pohon, jadi kami harus menggunakan tenaga khusus untuk memindahkan pohon-pohon asem itu,” ujar Prigi.
Ditambahkan Prigi, dari beberapa pohon asem yang dipindahkan itu, Julia Robert merupakan pohon yang paling susah dipindah, karena selain ukurannya besar, diduga ‘penunggunya’ belum rela pindah ke tepi Kali Surabaya.
“Kami berkali-kali gagal mengangkat, bahkan beberapa crane yang kami gunakan juga putus dan kalah dengan besarnya pohon yang akan dipindahkan,” papar Prigi.
Sampai 14 Juili 2015, sudah ada 5 pohon asem yang berhasil dipindahkan dari tepi Jalan Raya Wringinanom ke bantara Kali Surabaya.
“Rencananya Rabu besok (15/07/2016), kami akan melanjukan pemindahan pohon asem ke bantaran Kali Surabaya dan rencananya Mbak Endang pohon asem paling bongsor pantatnya, akan kami pindah, semoga semua lancar,” ucap Prigi.
Sementara untuk proses pembuatan rumah-rumah ikan dari batang pohon asem yang memang dimatikan dan dipotong-potong, sampai 16 Juli 2015 masih terus berlangsung, meski mendekati lebaran.
“Kami akan menggunakan waktu semaksimal mungkin, agar proses dan rencana pembangunan rumah ikan di Kali Surabaya dari batang pohon asem yang dimatikan, bisa tuntas sesuai rencana,” tukas Prigi yang juga Gubernur Telapak Jawa Timur. [DIK]