Marwan Jafar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi mengimbau masyarakat, khususnya warga desa yang mengalami kekeringan, untuk berdoa.
Pada musim kemarau tahun ini banyak desa yang mengalami kekeringan dan terancam gagal panen.
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa itu menyerukan agar warga melakukan salat istisqa, salat untuk memohon turunnya hujan. Menurut dia, dukungan spritual dari masyarakat dapat menjadi solusi konkret masalah kekeringan selain upaya manipulasi hujan dan mata air yang terus diupayakan pemerintah.
“Solidaritas antar desa dengan saling berbagi air juga tak kalah penting,” kata Marwan lewat keterangan resminya, Minggu (26/07/2015).
Marwan mengatakan hampir seluruh wilayah negeri mengalami kekeringan. Sebanyak 379 desa di Provinsi Nusa Tenggara Barat, 80 desa di Pamekasan, dan 38 desa di Wonogiri mengalami kekeringan. Bahkan, Bogor yang beken sebagai Kota Hujan mengalami kekeringan di separuh wilayahnya.
Secara terperinci, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyatakan NTB menjadi daerah yang paling darurat kekeringan dan menjadi daerah yang paling panas tersengat matahari. “Di daerah itu sudah tak ada lagi hujan,” ujar Hary Tirto Kepala Subbidang Informasi Meteorologi BMKG.
Sebelumnya, Mudjiadi Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum mengatakan pihaknya telah mempersiapkan Standar Operasional Prosedur guna menghadapi kekeringan.
Satu diantara yang dilakukan adalah dengan menghemat air untuk irigasi. Tanaman yang dialiri pengairan dari irigasi, kata dia, harus diperiksa apakah pola tanamnya sesuai dengan yang direncanakan. Soalnya tak semua jalur irigasi bisa ditanam dua kali. “Belakangan kami menemukan ada yang menanam di luar jadwal. Ini banyak yang kekeringan,” kata dia.
Selain itu, juga ada metode gilir giring. Metode ini menggilir tanaman mana yang diairi dan menggiringnya ke petak tertentu. Untuk pola operasi waduk, hanya memakai keperluan yang utama, yakni mendahulukan keperluan air minum. [EVI]