Program pembangunan berkelanjutan yang digagas dan dikembangkan Leadership for Environment and Development (LEAD) dapat diterapkan di semua sistem.
Ini diungkap Tim Arwine Branded Specialist dalam paparannya pada para peserta training berkelanjutan yang digelar LEAD di Surabaya, Jumat (19/12/2014).
Menurut Arwine, sekarang ini Indonesia sedang banyak mengalami masalah pemerintahan, mulai dari korupsi, kolusi, ekonomi dan persoalan pajak yang tidak transparan. “Dengan kondisi itu, harusnya pemerintah Indonesia segera mencari solusi yang tepat,” ujar Arwine.
Dicontohkan Arwine, kondisi yang hampir sama juga terjadi di Afrika, Honduras dan beberapa negara di Eropa.
“Di Afrika beberapa tahun lalu, banyak warganya yang kesulitan untuk mendapat distribusi aliran listrik karena keterbatasan sumber daya listrik. Tapi sesudah dilakukan perbaikan dan perubahan, sekarang kondisinya makin membaik dan banyak warganya yang tidak perlu lagi belajar di luar rumah hanya untuk dapat penerangan dari lampu jalanan,” paparnya.
Kondisi lain juga disampaikan Arwine, ada beberapa negara di Eropa yang sengaja membuat kota baru untuk menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi. “Dengan kota baru yang juga diikuti dengan pembentukan pemerintahan baru itu, dapat dijadikan contoh negara atau kota lain dalam menghadapi persoalan yang ada,” ungkapnya.
Arwine juga mengatakan, kalau Indonesia ingin menjadi lebih baik ke depan dan ingin merubah kondisi yang ada, maka ke depan Indonesia harus melakukan beberapa upaya perbaikan dibidang penegakan hukum dan memperjelas visi Indonesia ke depan.
Sementara Esthi Susanti Aktivis Perempuan asal Surabaya dalam paparannya pada para peserta training Leadership for Environment and Development (LEAD) Associates Cohort 19 (Angkatan ke-19) mengatakan untuk melakukan sebuah perubahan perlu ada pemahaman dari semua pihak yang berkepentingan.
Dikatakan Esthi, dari pengalamannya selama menjadi aktivis perempuan yang kerap mendampingi korban kekerasan, pelecehan dan perkosaan, dia banyak menemukan hikmah dari semua yang sudah dilakukan secara tulus.
“Dalam melakukan sebuah upaya perubahan yang lebih baik, kita harus tahu dan paham betul persoalan yang sedang terjadi sehingga akan ada solusi yang tepat dan baik untuk ke depan nanti,” katanya.
Esthi juga mencontohkan, dalam menyelesaikan persoalan korban kekerasan atau pelecehan seksual, tidak bisa dilakukan dengan sempurna kalau tidak dimulai dengan intervensi dari awal persoalan.
“Kalau intervensinya sudah pada fase yang tidak tepat, maka akan terlambat untuk korbannya dan sangat merugikan masa depannya meski ada kemungkinan bisa berubah,” tuturnya.
Dia berharap pada para peserta training Leadership for Environment and Development (LEAD) Associates Cohort 19 (Angkatan ke-19) bisa menerapkan beberapa teori dan pengalaman yang sudah dibagikan untuk kepentingan masyarakat umum atau organisasi dan perusahaan dari masing-masing peserta. [HAR | TAS]