Leadership for Environment and Development (LEAD) kenalkan ISIS para para praktisi dan aktivis juga pegiat lingkungan hidup di Surabaya.
ISIS merupakan singkatan dari Indicators, System, Innovation dan Strategy.
“ISIS ini sebuah metode yang dapat digunakan para praktisi, tokoh dan pegiat organisasi di masyarakat dan perusahaan dalam memecahkan sebuah masalah atau persoalan yang sedang dihadapi,” ujar Ronny H. Mustamu LEAD Fellow Cohort-8, disela training yang digelar di Kampus UK Petra, Selasa (16/12/2014).
Dikataan Ronny, dengan metode itu, para aktivis, pegiat dan praktisi yang tergabung dalam LEAD Associates Cohort 19 bisa lebih memahami metode ISIS dan penerapannya dalam berorganisasi atau dalam mengatasi persoalan di lingkungan kerja sebuah perusahaan.
“Metode ini sebenarnya tidak hanya digunakan untuk mengatasi persoalan atau masalah lingkungan hidup berkelanjutan yang jadi fokus kegiatan LEAD, tapi bisa diterapkan di semua lembaga dengan variasi-variasi atau rumusan yang bisa dimodifikasi,” paparnya.
Ronny yang juga Dosen UK Petra mengatakan, dengan metode ISIS itu diharapkan dalam membuat sebuah kebijakan, para aktivis, praktisi dan pegiat di bidang lingkungan hidup dan sosial masyarakat lainnya bisa menerapkan beberapa variabel yang disingkat NEWS.
“NEWS itu merupakan singkatan dari Nature, Economy, Well Being dan Society. Jadi dengan mempertimbangkan variabel-variabel itu akan dapat dilihat banyak indikator yang ternyata saling berhubungan antara satu dengan lainnya,” ungkapnya.
Dalam training LEAD di Cohort atau angkatan ke-19 itu, para peserta training juga diajak membedah dan menganalisa persoalan yang ada di PT Unilever Indonesia sekaligus merumuskan detail beberapa variabel yang ada dalam sebuah kegiatan industri.
Selain mengenalkan metode ISIS, dalam training LEAD kali ini para peserta juga diberikan pemahaman sekilas tentang sistem analisa dengan menggunakan metode Strengths, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT) dan Strengths, Opportunities, Aspirations, Results (SOAR).
“Dua metode itu bisa digunakan untuk sebuah perusahaan dan organisasi dan sudah dikenal cukup lama dalam dunia bisnis dan organisasi,” ungkap Ronny.
LEAD dalam training untuk angkatan ke-19, hanya memberikan kesempatan pada 9 peserta dari beberapa organisasi dan perusahaan di Indonesia, diantaranya dari PT Unilever Indonesia, PT Tjiwi Kimia, Akademisi dari Ubaya dan UK Petra, Aktivis Organisasi Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat diantaranya Ecoton, juga jurnalis lingkungan dari Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan – KJPL Indonesia.
Para peserta selain dikenalkan dengan banyak metode dan teori pembangunan berkelanjutan juga diajak langsung melihat kondisi riil yang ada di beberapa perusahaan besar di Jawa Timur dalam menerapkan konsep ramah lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. [TAS]