Minimnya masyarakat Kabupaten Bojonegoro yang memiliki jamban, menggugah kepedulian Koperasi Mitra Dhuafa (Komida).
Dari 12.000 perempuan miskin yang menjadi anggota di Kabupaten Bojonegoro, 500 anggota masih aktif untuk pembiayaan sanitasi sementara 300 anggota sudah lunas.
“Tahun depan 2.500 anggota ditergetkan sudah memiliki jamban dan saluran air bersih,” kata Sugeng Riyono Direktur Operasional Koperasi Mitra Dhuafa (Komida), Sabtu (18/11/2017).
Untuk mewujudkan program itu, Komida selama ini menerapkan sistem perbankan atau pinjaman denga pola Grameen Bank. Sistem ini menitik beratkan pada beberapa hal, yaitu solidaritas, kerjasama kelompok, pengembangan sumber daya manusia, kerja keras, kejujuran, dan ketepatan sasaran kredit yang disalurkan. “Alhamdulillah sistem ini diterima dengan baik oleh masyarakat, dan mereka sangat antusias,” ujarnya.
Di Kabupaten Bojonegoro, dari tiga cabang yang dimiliki, di Kecamatan Ngasem, Kalitidu, dan Dander tercatat perputaran uang Komida mencapai Rp 10 milyar yang bisa di akses masyarakat.
Karena dana yang masih ada di masyarakat atau disalurkan (outstanding) Rp 16,8 milyar untuk Bojonegoro saja. Sedangkan untuk tabungan di Bojonegoro mencapai Rp 7,1 milyar dan untuk kredit macet di Bojonegoro Rp 11,3 juta.
Kata Sugeng, keterbatasan ekonomi masih saja menghambat masyarakat Jawa Timur untuk memiliki jamban. Bahkan masyarakat Kabupaten Bojonegoro yang wilayahnya dikenal kaya minyak dan gas, ternyata masih banyak yang belum memiliki jamban, akibat kendala keuangan.
Komida fokus menggarap sektor sanitasi masyarakat miskin karena tidak ada lembaga keuangan besar yang mau menggarap sektor ini. “Sudah tiga tahun kami membantu pembiayaan masyarakat miskin dari sisi kesehatannya dan berhasil,” ujarnya. [CHA]