Sukses dalam mengolah limbah komunal, Pondok Pesantren An-Nur, di Desa Sumber Taman, Wonoasih, Kota Probolinggo jadi jujugan banyak pihak dalam pengelolaan sanitasi.
Ponpes asuhan Kyai Mahfudz Sahal ini jadi tujuan, karena dilokasi ponpes ini terdapat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal yang melayani limbah domestik seluruh santri ponpes, sekitar 500 santri dan masyarakat sekitar, sebanyak 150 lebih Kepala Keluarga (KK).
”Almarhum Abah, mewakafkan 7×9 meter tanah kawasan ponpes ini, untuk dijadikan lokasi IPAL Komunal,” ujar Kyai Mahfudz Sahal, di lokasi IPAL, Jumat (12/06/2015).
Kyai yang tawadhu’ ini menjelaskan, suka dukanya dalam mengembangkan IPAL Komunal yang menurutnya secara luar biasa memberikan kemanfaatan pada masyarakat sekitar ponpes dalam radius 200 meter.
Menurut Mahfudz, dulu sebelum ada program IPAL komunal, prilaku masyarakat membuang limbah domestik pada saluran terbuka yang ada, atau harus ke sungai besar yang jaraknya sekitar 500 meter hanya untuk Buang Air Besar (BAB).
Dikisahkan Mahfudz, di awal menjelaskan program dan mendorong keterlibatan masyarakat terlibat dalam sanitasi berbasis masyarakat ini banyak kendala, karena prilaku yang sudah mengakar di masyarakat.
“Dampak prilaku itu banyak saluran terbuka pinggir jalan mengeluarkan bau tak sedap di musim kemarau dan melubernya kotoran domestik kemana-mana ketika musim hujan. Apalagi, di Kelurahan Sumber Taman merupakan sentra pengerajin tempe, yang limbahnya mengeluarkan bau menyengat,” jelasnya.
Dengan usaha yang dilakukan akhirnya terbentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dengan nama An-Nur, yang berhasil membangun IPAL komunal dan sekarang dirasakan manfaatnya. “Termasuk para pengrajin tempe, sekarang ikut memanfaatkan keberadaan IPAL komunal ini,” ungkap Mahfudz.
Dalam perkembangannya, diatas IPAL komunal Ponpes An-Nur, sekarang berdiri bangunan 2 lantai, lantai pertama dijadikan toilet plus dan kamar mandi juga aula yang berfungsi untuk menngaji dan aktifitas KSM An-Nur. Sedangkan lantai atasnya, berfungsi sebagai Mushola.
Menariknya, di sisi Barat bangunan ini dibangun 8 kolam ukuran 2×2 meter untuk menampung timpasan air IPAL komunal dan dijadikan kolam ikan lele. Selain diternak, dipeliharanya lele itu juga untuk menguji kualitas air secara alami.
Hasil ternak ini kemudian menginspirasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Ponpes An-Nur berkreasi membuat abon lele yang secara rutin diproduksi dan laku di pasaran, bahkan samapi ke luar Kota Probolinggo.
Tidak berhenti di situ, menurut Hendra Giri pengurus KSM An-Nur, kreasi berlanjut sesudah abon lele, juga sudah dicoba membuat rambak lele dari kulit ikan lele, dan kerupuk lele dari duri lele. ”Nggak ada yang tersisa, dari lele ini,” jelas Hendra.
Rencananya, ke depan, produk lele akan diperbesar volumenya dengan melibatkan warga masyarakat sekitar untuk mendapatkan manfaat ekonomi. ”Kita ingin, untuk bisa pasok toko swalayan dengan produk serba lele ini,” papar Hendra.
Semakin meningkatnya kapasitas KSM An-Nur, diharapkan makin banyak potensi, inisiatif kreatif yang akan bermunculan dan memberi dampak positif bersama. [TOR|TAS]