Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, menerbitkan buku kumpulan pemikiran para intelektual yang membahas masa depan “jam’iyah” atau organisasi keagamaan itu.
KH Imam Sayuti Farid Rais Syuriah PCNU Ponorogo dalam keterangannya di Ponorogo, Kamis (12/03/2015) menjelaskan kalau buku berjudul “Membaca dan Menggagas NU ke Depan” itu menjadi semacam otokritik terhadap “kemapanan” tradisi NU, khususnya di Ponorogo.
“Otokritik atau kritik internal dari pemeluk agama, atau penganut organisasi keagamaan mempunyai nilai yang sangat strategis. Otokritik merupakan penanda kesadaran untuk bangkit dan maju sesuai dengan dinamika kemajuan zaman,” katanya.
Buku yang digagas Litbang PCNU dan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Ponorogo itu berisi pemikiran kaum muda NU yang kebanyakan sudah menyandang gelar doktor dan magister. Selain itu ada satu tulisan Bernard Adeney-Risakotta pengamat NU dari Berkley University Amerika Serikat.
Imam Sayuti mengemukakan buku yang berasal dari para sarjana NU ini diharapkan bisa menjadi awal perkembangan dan transformasi tradisi NU di Ponorogo, yakni dari tradisi oral ke tradisi tulis.
Menurut dia, NU kaya akan tradisi, akan tetapi pembacaan terhadap tradisi itu, tidak banyak didokumentasikan dalam bentuk buku. Padahal buku lebih memungkinkan untuk dibaca dan diapresiasi banyak kalangan, bahkan lintas generasi sekalipun.
Sementara Sutejo Ketua Litbang PCNU Ponorogo mengemukakan buku ini hanyalah sebuah titik kecil dalam memimpikan budaya sadar baca dan tulis dalam kehidupan warga NU.
Ia menyadari bahwa penulis dari kalangan NU di tingkat nasional memang tidak terhitung jumlahnya. Namun di Kota Reog Ponorogo belumlah memadai. Lewat penerbitan buku ini dirinya berharap akan lahir peradaban yang kokoh dalam dunia kepenulisan.
Direncanakan buku itu diluncurkan bersamaan dengan seminar di Ponorogo, Sabtu, 14 Maret 2015. Seminar itu, diantaranya mengundang pembicara, ulama muda dari Pesantren Annuqayah, Sumenep, Madura, M Faizi, yang juga dikenal sebagai penyair. [ANT|TAS]