PDI Perjuangan harus gandeng birokrat atau mantan birokrat untuk bisa menangkan Pilwali Surabaya.
Muhammad Rizal Ketua Umum Gerakan Arek Suroboyo Menang (GARANG) mengatakan ini, sikapi jelang diumumkannya rekomendasi nama Bacawali-Bacawawali Surabaya dari DPP PDI Perjuangan yang akan digelar, Senin (24/08/2020).
Kata Rizal, langkah ini harus dilakukan DPP PDI Perjuangan berkaca pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) atau Pilwali Surabaya yang sudah digelar 10 tahun lalu di Surabaya.
Waktu itu, kata Rizal, PDIP hanya punya kader terbaiknya, yaitu Bambang Dwi Hartono yang sudah terbukti dua periode menjadi Walikota Surabaya dan sebelumnya satu periode menjadi Wakil Walikota mendampingi almarhum Soenarto Sumoprawiro atau Cak Narto Walikota Surabaya.
“Ditengah krisis kader itulah, PDIP akhirnya memutuskan memasangkan Bambang DH dengan Tri Rismaharini, yang diambil dari sosok birokrat di Surabaya dan sebelumnya bukan siapa-siapa. Bahkan tukang becak saja, tidak kenal Risma, tapi akhirnya pasangan Risma-Bambang bisa menang dalam Pilwali Surabaya dengan strategi pemenangan yang dilakukan PDIP dan kader-kader juga konstituen serta simpatisannya,” papar Rizal.
Untuk itu, GARANG memberikan rekomendasi, agar PDIP menerapkan langkah yang sama dalam Pilwali Surabaya dengan memasangkan kader yang dimiliki bersama birokrat yang sudah berpengalaman dan senior di Pemerintah Kota Surabaya.
“Ada nama Dwi Purnomo Mantan Kadisnaker Surabaya yang dicopot Risma tanpa sebab yang jelas meski kinerjanya selama sembilan tahun sebagai Kadisnaker tidak diragukan lagi di Surabaya. Dwi atau yang akrab disapa Pak D ini punya jaringan kuat di kalangan pekerja dan buruh yang tentunya suaranya akan sangat signifikan kalau disandingkan dengan kader PDIP untuk bisa jadi wakil walikota,” jelas Rizal.
Dwi Purnomo kata Rizal bukan sekedar birokrat ecek-ecek yang mengandalkan pamor pimpinannya dan selalu mengklaim sebagai pewaris Surabaya di beberapa forum. “Pak D selama menjadi Kadisnaker dan pernah jadi Camat Sawahan juga Camat Bulak, tidak pernah koar-koar atau mengandalkan jabatannya untuk bisa mendapat simpati dari masyarakat. Pak D dikenal di kalangan buruh dan pekerja sebagai sosok yang mengayomi dan bisa menyelesaikan sengketa-sengketa perburuhan di Surabaya tanpa ada kekerasan. Semua dilakukan dengan tulus dan selalu terbuka, tanpa berpihak pada penguasa apalagi pengusaha,” ugkap Rizal.
Kata Rizal, olahan data ini disurvey dan diteliti Tim Peneliti GARANG yang mengevaluasi beberapa nama calon Bacawali-Bacawawali Surabaya yang sudah muncul ke permukaan dan yang belum.
“Untuk itu, agar tidak salah langkah dan terjadi kekalahan dalam Pilwali Surabaya 2020, PDIP sebagai partai pemenang pemilu legislatif dan pemilihan presiden, harus memilih calon wakil walikota untuk kadernya yang sudah terbukti dan teruji kualitasnya dalam membangun dan berkontribusi untuk Surabaya tanpa pernah mengklaim sebagai pewaris kekuasaan di Surabaya dan pasang baliho, poster, reklame, banner serta poster di mana-mana dengan status masih sebagai aparatur sipil negara (ASN). Sekali lagi saya tegaskan, sosok Pak D yang paling pas dipasangkan dengan kader PDI Perjuangan dalam pilwali tahun ini,” terang Rizal.
Hal yang sama disampaikan M.H. Sholeh Ketua Umum Jaringan Pemuda Surabaya (JAPAS).
Menurut Sholeh, Dwi Purnomo merupakan sosok yang egaliter bisa menyatu dengan siapa saja dan kelompok mana saja. “Orang seperti ini yang harus diperhitungkan DPP PDI Perjuangan, kalau ingin memenangkan Pilwali Surabaya,” kata Sholeh.
Mantan Aktivis Mahasiswa ini mengatakan, Pak D sangat dekat dengan kalangan milenial di Surabaya. “Pak Dwi itu dalam bekerja tidak terlalu sering disorot kamera jurnalis atau Humas Pemkot Surabaya, tapi selalu membuat inovasi untuk kalangan muda di Surabaya, diantaranya menggelar secara rutin job fair untuk menghubungkan para pencari kerja dengan perusahaan dan pengusaha. Selain itu, Pak D juga dikenal para buruh sebagai Bapak e Pekerja Surabaya, karena selalu menyelesaikan konflik perburuhan di Surabaya dengan tangan dinginnya,” jelas Sholeh.
Ketua Umum JAPAS ini menegaskan, dengan siapapun Pak D dipasangkan dalam Pilwali Surabaya 2020 ini, pasti akan mendapat dukungan suara yang berlipat dari para pekerja dan buruh di Surabaya belum termasuk warga di Kecamatan Sawahan dan Bulak yang jumlah pemilih tetapnya sangat signifikan di Surabaya.
“Pak D bisa dipasangakan dengan siapapun dalam Pilwali Surabaya 2020. Kalau PDIP memasangkan dengan kadernya, entah itu Mbak Puti, Mas Whisnu, Pak Baktiono, atau Bu Dyah bahkan bisa jadi Mas Bambang DH juga akan turun lagi jadi Bacawali Surabaya demi menyelamatkan dan berjuang untuk partai, hanya Pak D yang bisa mengimbangi kinerja mereka dalam mengurus internal pemerintahan di Pemkot Surabaya,” pungkas Sholeh. [GIR]