Tri rismaharini dan Whisnu Sakti Buana resmi dicalonkan PDIP sebagai pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota pada Pilkada Surabaya 2015.
Rekomendasi DPP PDIP diberikan dalam Rapat Kerja Cabang Khusus (Rakercabsus) di Gedung Wanita dan disampaikan langsung Sekjen DPP PDIP Hasto Kristianto, Rabu (08/07/2015).
Dalam penetapan sebagai calon wali kota, Risma yang sekarang masih menjabat Wali Kota Surabaya mengenakan jaket kebesaran PDIP. Hal itu menunjukkan mantan kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota ini telah menjadi kader partai berlambang kepala Banteng.
Usai deklarasi, Tri Rismaharini, Rabu (08/07/2015) mengaku, pencalonan dirinya merupakan amanah. Ia mengaku berat mengemban tugas sebagai Walikota. Pasalnya, ia dituntut untuk bisa mensejahterakan sekitar 3,2 juta jiwa penduduk Surabaya. “Ini adalah amanah. Ini sungguh berat. Jika saya terpilih lagi saya menanggung beban 3,2 juta jiwa,” tuturnya.
Misi dan visi untuk mensejahterakan warga Surabaya dilatari masuknya era MEA (Masyaraat Ekonomi ASEAN) akhir 2015. Ia mengaku, banyak investor menanamkan investasinya di Surabaya, terakhir dirinya menerima kunjungan dari delegasi Swiss. “Jangan sampai kita banyak kedatangan investor, tapi warga kita malah jadi penonton di wilayahnya,” ujarnya.
Sementara itu, DPC PDIP Surabaya segera membentuk tim pemenangan Pilkada Surabaya 2015, pasca penetapan pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota, Tri Rismaharini dan Whisnu Sakti Buana.
Whisnu Sakti Buana Ketua DPC PDIP Surabaya, mengatakan, sesudah peresmian kantor pemenangan, pihaknya segera membentuk tim pemenangan. “Kita bentuk tim pemenangan. Sekaligus peresmian kantor pemenangan di Kapuas 68,” paparnya.
Putra mantan Sekjen DPP PDIP Almarhum Ir. Sutjipto itu mengatakan, sembari menyiapkan tim pemenangan, pihaknya menyiapkan berkas pendaftaran. “Perintah rekomendasi, mendaftarkan calon yang direkomendasi,” terangnya.
Whisnu mengaku, meski PDIP sudah menetapkan pasangan calon, pihaknya menyatakan akan membuka diri terhadap partai lain yang ingin bergabung. “Kita komunikasi dengan partai manapun yang ingin bersama kita,” terangnya.
Alumnus FTSP ITS Surabaya ini mengatakan, beberapa parpol yang sudah merapat ke PDIP antara lain PAN, Hanura, dan PPP, sedangkan Nasdem sudah sepakat berkoalisi di tingkat DPP. “PAN, Hanura, PPP dan PKB sudah komunikasi dengan kita,” katanya.
Ia mengakui, ada tengarai menggagalkan pilkada Surabaya, dengan tidak mengusung pasangan calon. Sehingga, dalam pilkada Surabaya ini hanya ada satu pasangan calon dari PDIP.
Whisnu mengaku untuk mengantisipasi itu, pihaknya melakukan terobosan hukum diantaranya dengan melakukan uji materi ke Mahkamah konstitusi (MK). “Terobosan hukum salah satunya itu yang kita lakukan,” jelasnya.
Ia menambahkan, aksi boikot merupakan pendidikan politik yang tidak bagus bagi masyarakat. Namun, pria yang akrab disapa WS ini menegaskan, situasi politik yang dihadapi di Surabaya juga berlangsung di daerah lainnya. “Di daerah lain juga mengalami kebuntuan,” tandasnya.
Di sisi lain, Koalisi Majapahit yang terdiri dari gabungan enam parpol besar nampaknya mulai goyah sebelum menentukan calon yang akan diusung dalam Pilwali Surabaya 2015. Salah satu parpol yaitu Partai Amanat Nasional (PAN) nampaknya akan merapat ke PDIP yang notabene sebagai calon lawan bersama.
M Arsyad Anggota Komisi D DPRD Surabaya dari Fraksi PAN mengatakan sampai saat ini partainya belum membahas sama sekali terkait persiapan Pilwali Surabaya 2015. Lebih lanjut, Arsyad menyebut sampai saat ini belum ada keputusan apakah partainya terus bersama dengan Koalisi Majapahit.
“Sampai sekarang belum ada rapat partai yang menyangkut Pilwali. Artinya PAN belum tentu bersama Koalisi Majapahit,” kata Wakil Sekretaris DPD PAN Surabaya ini. [DON]