Andreas Agus Kristanto Nugroho Anggota Juri Program Sekolah Adiwiyata di Jawa Timur, menyayangkan penebangan pohon asem di Wringinanom, Gresik yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum Pemprov Jawa Timur.
“Pohon-pohon yang ditebang itu ada disekitar sekolah. Kondisi itu akan berdampak bagi lingkungan sekolah yang mengedapankan budaya hijau,” ujar Andreas, di Gresik, (17/05/2015).
Menurut Andreas, sangat disayangkan sebetulnya, dengan penebangan pohon asem yang sudah berumur. Dengan pohon yang sudah sustainable atau sudah kuat dengan kondisi yang ada di sekelilingnya, penebangan akan berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan sekolah.
SMP Negeri 1 Wringinanom merupakan satu diantara sekolah Adiwiyata di Kabupaten Gresik, yang menerapkan budaya serta kesadaran terhadap persoalan lingkungan bagi seluruh warga sekolah.
“Penebangan pohon yang selama ini menjadi pelindung dari pencemaran maupun polusi lingkungan, bakal mengganggu seluruh warga sekolah yang mengikuti program Adiwiyata,” tegasnya.
Dikatakan Andreas, kalau akhirnya ditebang, sekolah harus memulai lagi menanam pohon, menjaga dan merawatnya dari nol, dan itu akan sangat berbeda terhadap kondisi sekolah yang sebelumnya memiliki pohon di lingkungannya.
Andreas yang juga aktivis lingkungan Ecoton, minta pemerintah bertindak bijak terhadap lingkungan, bila berkaitan dengan usaha pembangunan. Pemindahan pohon akan lebih membawa manfaat bagi lingkungan sekitar, daripada harus memotong atau menebang habis pohon yang sudah lama berdiri.
“Ketika menebang juga harus ada konsekuensi untuk menanam kembali sebagai pohon pengganti,” tandasnya.
Sampai sekarang, belum ada tanggapan dari pihak Pemprov Jatim, karena pelajar yang melakukan protes soal penebangan pohon itu, hanya ditemui perwakilan Pemprov Jatim.
Biro Sumber Daya Alam Pemprov Jatim yang menemui menyatakan kalau kewenangan menghentikan penebangan ada pada Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga, selaku instansi yang menangani pembangunan maupun perbaikan jalan. [DOD]