Himpunan Pengusaha Bakery Indonesia (HIPBI) resah dengan isu telur ayam mengandung dioxin yang dihembuskan para aktivis lingkungan dari empat lembaga.
Keresahan ini diungkap H.M. Sholeh Ketua Umum HIPBI dalam kesempatan bertemu media massa di Pujasera Taman Teman Jalan Mayjend Sungkono 92 Surabaya, Sabtu (23/11/2019).
Dalam kesempatan itu, Sholeh mendesak empat lembaga pegiat lingkungan yang sudah menyebarkan informasi tentang telur ayam berdioxin bertanggung jawab dengan hasil penelitian yang diklaim sudah valid dan benar. “Kalau lembaga itu tidak punya agenda setting tertentu, harusnya mereka mengungkapkan hasil penelitiannya secara terbuka ke masyarakat agar tidak resah dan dirugikan,” jelas Sholeh.
Menurut Sholeh, kalau memang ditemukan adanya telur ayam berdioxin di Indonesia, harusnya menyampaikannya ke warga dan bangsa Indonesia, bukan justru membeber informasi itu ke media luar negeri yang kemudian menimbulkan kepanikan dan keresahan di masyarakat, khususnya para konsumen telur terbesar, diantaranya pengusaha bakery seperti dirinya.
“Kita (pengusaha) ini omzet sudah terjepit malah ditambahi dengan informasi menyesatkan yang sangat susah dideteksi orang awam tentang telur ayam mengandung dioxin. Kalau para aktivis lingkungan itu cerdas dan pandai juga tidak punya agenda setting tertentu, mestinya mereka menjelaskan ke masyarakat awam lewat media nasional dan tidak malah menjual isu ini ke negara lain, hanya untuk meresahkan dan mengacaukan ekonomi bangsa, khususnya di sektor peternakan dan pengusaha bakery,” paparnya.
Sholeh mengaku sangat kecewa, dengan sikap empat lembaga lingkungan yang mengklaim kalau penelitian mereka paling valid dan benar. “Kalau mereka berniat baik, maka harsunya mereka memberi solusi pada pemerintah, pengusaha dan masyarakat luas, bukan justru menakut-nakuti dan menyalahkan pemerintah, memangnya mereka tinggal dan makan dimana?” sesal Sholeh.
Ketum HIPBI yang juga pemilik 24 gerai donat di Indonesia ini mengatakan, dampak dari pemberitaan dan informasi yang tidak valid dari para aktivis lingkungan itu, sangat mempengaruhi omzet penjualan dan pendapatannya. “Kita beberapa waktu ini, sesudah informasi telur ayam berdioxin mencuat, sangat rugi, karena jumlah pendapatan kami menurun signifikan, antara 20-40%,” terangnya.
Selain mendesak empat lembaga lingkungan yang sudah menyebarkan isu meresahkan itu, HIPBI juga minta pemerintah mengambil sikap tegas pada lembaga yang sudah membuat resah masyarakat. “Sekarang ini kita sudah damai, tenang sesudah agenda politik, jangan dibuat kisruh dan rusuh dengan hal-hal gak penting dan menggunakan campur tangan negara lain, untuk mengurus persoalan bangsa,” tegas Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Bangkalan dieranya.
Himpunan Pengusaha Bakery Indonesia (HIPBI) juga mendesak semua anggota DPR dari daerah sampai pusat untuk turun lapangan, mengecek langsung ke dapil-dapil mereka, soal kebenaran telur ayam mengandung dioxin, meski temuannya hanya kasuistis dan lokal di Tropodo, Sidoarjo, Jawa Timur. “Semua anggota dewan harus bekerja dengan adanya isu ini, mereka harus bisa menenangkan masyarakat agar tidak resah, mereka dibayar negara, jadi harus turun ke warga untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya,” pinta M.H. Sholeh. [GIR]