Puluhan mantan atlit tinju Se-Jawa Timur, desak pemerintah memperhatikan nasib mereka.
Desakan ini disampaikan para mantan atlit tinju Se-Jawa Timur, dalam pertemuan mereka di Surabaya, Minggu (14/02/2016).
Hengki Gun satu diantara mantan petinju di tahun 1998-2000 mengatakan, pemerintah seolah menutup mata dengan perjuangan para petinju yang dulu membawa harun nama bangsa di dunia internasional dengan prestasi mereka.
“Kami hanya ingin diperhatikan pemerintah, agar di masa tua kami nanti, nasih kami tidak semakin suram. Perhatian itu tidak harus berupa materi, tapi kepedulian untuk para mantan atlit tinju dapat diwujudkan dalam bentuk lain,” ujar Hangki yang juga Juara WBC Intercontinental di tahun 1998-2000 lalu.
Sementara Nurhuda Juara WBC dan IBF tahun 1988-1997 mengatakan, di Jawa Timur saja, banyak mantan atlit tinju yang nasibnya memprihatinkan.
“Mereka ada yang jadi tukang becak, debt collector, preman, tukang, hanya untuk menyambung hidup mereka, karena ketidakpedulian dari pemerintah pada nasib petinju yang pernah membuat bangga bangsa Indonesia,” jelas Nur.
Petinju asal Malang ini juga menyayangkan, banyaknya sasana tinju yang sudah tutup karena tidak ada pembinaan serius dari pemerintah pada para pemilik sasana.
“Dulu Jawa Timur, khususnya Surabaya dan Malang merupakan tempatnya petinju-petinju berkualitas, tapi sekarang ini makin meredup, karena banyak sasana yang sudah tutup,” paparnya.
Dikatakan Nurhuda, dengan adanya pertemuan para mantan petinju itu, akan ada respon positif dari pemerintah lewat Kementrian Pemuda dan Olah Raga, agar lebih memperhatikan nasib mereka untuk bisa lebih baik lagi di masa pensiun. [DON]