Merasa dikibuli PT Citraland, ratusan warga Lakarsantri unjuk rasa dengan menutup gerbang masuk utama PT Citraland, Jumat (29/05/2015).
Aksi ratusam massa itu dilakukan warga Lakarsantri di wilayah 4 RW dan 16 RT.
Ridhlo Saeful Humas Aksi Warga Lakarsantri mengatakan, aksi itu mereka lakukan karena warga menilai PT Citraland melakukan klaim sepihak lahan milik warga di Lakarsantri tanpa ada kesepahaman dan pengambilalihan hak dari warga.
“Kami menyambut baik keputusan musyawarah “rembug Warga” se Kelurahan Lakarsantri sejak tanggal 11 Januari 2015. Bahwa telah disepakati dengan sadar dan sepenuh hati. Berdasar hasil investigasi dan penelusuran secara mendalam, wawancara para tetua (saksi sejarah dan mantan pengurus kampung), pencarian bukti-bukti dan fakta-fakta. Bahwa sejak sebelum tanah berubah fungsi yang di kelola PT. Citraland hingga sekarang warga tidak pernah membuat satu pernyataan, apalagi keputusan. Bahkan ada satu musyawarah khusus untuk membuat keputusan baik lisan dan tulisan keberadaan tanah tersebut di serahkan penguasaan dan penggunaannya kepada pihak lain,” papar Saeful di sela persiapan unjuk rasa warga, Jumat (29/05/2015).
Ditabahkan Saeful, bahwa sejak masuknya proyek Surabaya sport centre (SSC) di era Walikota Purnomo Kasidi (tahun 1991), sudah di lakukan berbagai intimidasi dan rekayasa. Yang waktu itu disebut bahwa proyeknya adalah untuk fasilitas olahraga masyarakat, ternyata baru tahun 1994 ketika dimulai pembangunan dan tahun 1996 baru semakin jelas jika itu adalah kawasan property real estate yang dimiliki perusahaan.
Saeful yang juga tokoh masyarakat Lakarsantri memastikan dengan kondisi itu, warga mendeklarasikan bahwa hak asasi masyarakat Pribumi, meminta tanggungjawab secara terbuka dari penguasaan tanah dan pencaplokan tanah perbatasan tanpa persetujuan rembug warga Kelurahan Lakarsantri adalah kesalahan yang harus diungkap secara terbuka.
“Kami percaya bahwa pembangunan dan kehidupan saling bertetangga yang baik adalah terwujudnya rasa saling menghormati dan tidak mengedepankan keserakahan. Arogan. Serta merasa “adigang adigung adiguno”. Sehingga berdampak pada hubungan yang tidak baik. Tentunya upaya melakukan aksi mimbar bebas dan demosntrasi ini adalah salah satu efek dari adanya sikap yang tidak mampu menempatkan diri sebagai pendatang untuk menjadi tetangga yang baik bagi kehidupan sosial di sekitar kelurahan Lakarsantri,” tegas Saeful.
Aksi massa warga Lakarsantri dijaga ketat polisi yang mulai pagi sudah terlihat melakukan pengamanan di lokasi.
Sementara pihak PT Citraland sampai sekarang masih belum memberikan pernyataan sikap dan pendapatanya dengan aksi yang dilakukan warga Lakasantri. [HAR]