Ribuan ikan di Kali Porong ditemukan mabuk dan mati mengambang di permukaan, Jumat (03/07/2015).
Jumlahnya yang sangat banyak, membuat warga sekitar berebut mengambilnya. Tidak hanya untuk dikonsumsi sendiri, warga juga menjualnya ke pasar.
Sunyono warga yang ikut mengambil ikan mengatakan, fenomena ini memang membuat warga sekitar kali senang. “Tanpa harus bersusah payah mencari.Ikan tinggal diambil saja,” katanya.
Warga menyadari ikan-ikan ini mati karena racun limbah. Tapi, mereka tidak mengindahkan penyebab kematian ikan itu. Sebagian warga membawa pulang ikan itu untuk dimakan untuk berbuka puasa. Sebagian lain membawanya ke pasar untuk dijual.
Afandi pencari ikan di Kali Porong mengatakan, dia mendapatkan uang tidak sedikit dari hasil menjual ikan mabuk itu. “Alhamdulillah baru sebentar saja dapat ikan banyak. Ada ikan nila, keting, rengkik,” tutur Afandi.
Dia mengaku mendapatkan Rp 600.000,- hasil dari menjual ikan. Rencananya ikan hasil tangkapan hari ini sebagian besar akan dibawa ke pasar untuk diuangkan dan sisanya dibawa ke rumah.
Menurut keterangan, Mereka berlomba mengumpulkan ikan yang teler akibat limbah tersebut. Warga mulai mengambil ikan mulai pukul 04.00 WIB atau sesudah sahur.
Pada jam itu belum banyak warga yang datang. Jumlah warga yang ‘memanen’ ikan bertambah banyak sekitar pukul 06.00 WIB.
“Iwake ngambang ewonan, mas. Wong-wong podo moro. (Ribuan ikan mengambang. Akhirnya warga datang semua),” papar Ngatno, warga di Porong.
Sementara, pihak Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Sidoarjo belum bisa memastikan penyebab matinya ribuan ikan di Kali Porong tersebut.
BLH hari ini baru sebatas pemantauan di lapangan sembari menunggu perkembangan, Sabtu (04/07/2015)besok.
Ali Mahmudi Kabid Pengawasan dan Pengolahan Limbah BLH mengatakan, fenomena ribuan ikan mati ini bisa disebabkan beberapa hal.
Pertama, bisa karena turbulensi endapan sungai yang naik ke permukaan. Endapan ini membawa material yang satu di antaranya senyawa kimia beracun.
“Biasanya, turbulensi terjadi di musim kemarau. Indikatornya adalah debit dan warna air. Debit air yang rendah membuat space antara permukaan dan dasar sungai menjadi tipis hingga begitu ada turbulensi, materi endapan naik,” jelas Ali.
Sebab kedua adalah limbah industri. Dia mengungkapkan, butuh waktu dua hari untuk mendapatkan kesimpulan.
Bila ikan-ikan ini mati hanya pada hari ini saja, dia memastikan penyebabnya adalah turbulensi. Namun kalau sampai besok, dipastikan limbah yang jadi penyebab. [DON]