DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya menegaskan bahwa isu pemberian mahar Rp 50 miliar kepada DPP PDIP untuk pencalonan kepala daerah di Surabaya adalah fitnah besar.
“Pertama dan yang utama, kami tegaskan itu fitnah. Fitnah besar. PDI Perjuangan adalah partai tanpa mahar. Kami disatukan dalam ideologi dan kerja-kerja kerakyatan, bukan politik transaksional,” ujar Adi Sutarwijono Ketua DPC PDIP Surabaya.
Adi menegaskan, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri adalah sosok yang mengharamkan adanya politik transaksional di tubuh partai berlambang kepala banteng tersebut. Bahkan, sanksi pemecatan berlaku seketika bagi kader yang terbukti menyalahgunakan wewenang.
“Ibu Ketua Umum menciptakan sistem kepartaian yang bersih sejak dari hulu, di antaranya dengan pencalonan kepala daerah tanpa mahar. Politik biaya murah ini ujungnya adalah tidak adanya praktik penyalahgunaan wewenang untuk balik modal ketika terpilih sebagai kepala daerah,” ujarnya.
Dengan sistem tersebut, PDIP sukses melahirkan pemimpin-pemimpin prorakyat yang bekerja keras tanpa memikirkan balik modal, seperti Tri Rismaharini, Ganjar Pranowo, Djarot Saiful Hidayat, Basuki Tjahaja Purnama, dan Hendrar Prihadi.
Berkaitan dengan rekaman suara yang beredar tentang tuduhan mahar Rp 50 miliar dalam pencalonan wali kota Surabaya, Adi mengatakan, DPC PDIP Surabaya akan menerapkan mekanisme internal partai dan menyiapkan langkah hukum. Tim DPC PDIP Surabaya bergerak mencari data-data penunjang terkait fitnah tersebut.
“Kami sudah membentuk tim sejak hari Minggu lalu, yang dipimpin Wakil Ketua Bidang Kehormatan Pak Syukur Amaluddin. Sejumlah pihak akan dipanggil dan diklarifikasi. Kami juga menyiapkan langkah hukum, melaporkan fitnah ini karena telah mencoreng kehormatan Ibu Megawati Soekarnoputri dan PDI Perjuangan,” ujar Adi.
Adi menilai, fitnah-fitnah seperti itu sengaja diluncurkan menjelang Pilkada dan kemudian digoreng. “Maklum saja, mungkin karena ada pihak yang sedang kebingungan melihat elektabilitas Mas Eri Cahyadi dan Cak Armudji yang terus naik meninggalkan kompetitornya,” pungkas Adi. [CHA]