PT Suparma Tbk tahun ini memproyeksikan nilai penjualan sebesar Rp 2,1 triliun atau naik dibanding realisasi penjualan tahun lalu sebesar Rp 1,6 triliun.
Total laba yang ditargetkan dari perusahaan kertas dan tisu yang berada di Jalan Mastrip, Surabaya itu mencapai Rp 58 miliar.
Hendro Luhur Direktur PT Suparma Tbk mengatakan, untuk mencapai target itu, pihaknya terus meningkatkan kualitas produk.
Ada tiga jenis produk andalan yang dijual di pasaran, diantaranya duplex, kertas cokelat (bungkus makanan), dan tisu.
Dari ketiga jenis produk itu, penjualan terbesar diantaranya 50 persen dari duplex, lalu 30 persen dari kertas coklat dan 20 persen dari tisu. “Tahun ini kami yakin daya beli masyarakat akan membaik. Selama tiga bulan pertama juga menunjukkan angka penjualan yang menggembirakan,” kata Hendro.
Hendro menambahkan, peningkatan target nilai penjualan itu juga berbanding lurus dengan kenaikan volume produksi.
Tahun ini emiten berkode SPMA itu produksinya mencapai 238 metrik ton atau naik dibanding tahun lalu sebesar 230 metrik ton.
Menurut Hendro, tahun lalu merupakan tahun yang sulit. Ini disebabkan lesunya perekonomian global yang berdampak pada turunnya daya beli masyarakat.
Di samping itu, dolar Amerika Serikat (USD) juga terus menguat. “Hampir 60 persen bahan baku kami dari impor dan itu menggunakan dolar. Akibatnya, kami terpaksa menanggung kerugian akibat selisih kurs. Tapi saat ini rupiah sudah mulai menguat,” ujarnya.
Hendro mengatakan, untuk pasar, hampir 90 persen produksinya masuk pasar dalam negeri. Di pasar dalam negeri, 90 persen produk didistribusikan untuk pasar di Pulau Jawa. Dari total penjualan di dalam negeri, 70 persen disumbang dari pasar Jawa Timur (Jatim), sisanya baru Indonesia bagian timur. Di Indonesia bagian timur, ada agen penjualan sendiri yang menggunakan sistem beli putus.
“Kami belum masuk pasar Jawa Tengah dan Jawa Barat. Biaya transportasinya mahal. Kalau biaya transportasi mahal, tentu akan berpengaruh pada harga jual di tingkat konsumen,” imbuhnya.
Untuk sektor pariwasata, Suparma fokus menggarap pasar hotel, restoran, dan kafe. Pasar ini dianggap cukup potensial karena ketiga sektor itu pasti membutuhkan kertas, khususnya tisu, untuk pelayanannya pada tamu atau pelanggan.
Selain itu, Suparma menggarap segmen pedagang kaki lima (PKL), terutama warung. Diketahui, para PKL yang berjualan makanan ini tentu menyediakan nasi bungkus. Bungkus makanan itu yang menjadi incaran bisnis. “Selama tiga bulan pertama, tahun ini menunjukkan ada peningkatan konsumsi di masyarakat sebesar 20 persen,” jelas Hendro.
Untuk triwulan selanjutnya pihaknya memprediksi tetap ada peningkatan sampai 25 persen.
Sementara itu, Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) memproyeksikan, produksi bubur kertas (pulp dan kertas) nasional tahun ini tumbuh 6 persen. Hal ini disumbang dari beroperasinya dua pabrik pulp dan kertas baru.
“Kami minta pemerintah dapat menjaga kondisi iklim usaha dalam negeri kondusif. Misalnya, memastikan bahan baku tersedia. Ini faktor penting menjaga produksi harga pulp dan kertas Indonesia stabil,” kata Rusli Tan Wakil Ketua Umum APKI. [TAS]