Pemkot Surabaya dinilai ceroboh, karena menanam pohon Bintaro yang diketahui mengandung racun, di tempat umum.
“Kalau ada tanaman yang berada di sampingnya dalam radius dua meter, dipastikan tidak bisa berkembang.” ujar Trisno Wardani peneliti pertanian dan pertamanan kota Surabaya, Sabtu (21/03/2015).
Trisno mengungkapkan dari hasil tes uji lab di Sucofindo diketahui kalau ada zat yang membuat tanaman di sekitar Bintaro tidak bisa hidup. Trisno mencontohkan, kalau ada air diberi daun Bintaro, maka dalam hitungan detik, jentik-jentik bisa langsung mati.
“Aneh sekali kalau tanaman ini digiatkan ditanam Pemkot Surabaya untuk penghijauan,” herannya.
Trisno mengatakan akar pohon Bintaro juga mengandung zat yang bisa mengeraskan tanah. Jika ditanam di jalan-jalan protokol, maka akan memperlambat serapan air ketika terjadi banjir di kota.
“Getah daunnya juga berbahaya, kalau pohon ini ditanam di samping kolam atau tambak. Ketika daunnya rontok dan jatuh ke kolam atau tambak, ikan di situ bisa dipastikan mati,” tegasnya.
Meski mendengar kandungan racun dari Pohon Bintaro, yang banyak tumbuh di Kota Pahlawan, Pemkot Surabaya mengaku sudah mendengar tetapi belum tahu secara detail.
“Saya sempat mendengar (Bintaro, pohon beracun), cuma sejauh ini kita belum pernah melakukan penelitian khusus terkait kandungan racun dalam pohon itu,” terang Chalid Buchori Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Surabaya.
Chalid mengakui, Pohon Bintaro tumbuh di pingir-pinggir jalan protokol di Surabaya, sudah lebih 10 tahun lalu. “Sebelum saya masuk di DKP, pohon ini sudah ada dan tumbuh di Surabaya. Pohon ini ada ratusan lebih di seluruh wilayah di Surabaya. Sekarang, pohon ini juga dijadikan bahan campuran untuk bahan pupuk,” terangnya.
Tentang bahaya kandungan racun Pohon Bintaro, Chalid menilai, selama ini masih aman-aman saja. Tapi, dia berjanji tidak akan menambah jumlah populasi pohon itu di Surabaya.
Sekadar diketahui, dalam Kamus Wikipedia, Bintaro merupakan tumbuhan pantai yang di daerah Pasifik dikenal dengan nama Leva (Samoa), Toto (Tonga), serta Vasa (Fiji). Bila berbuah, buahnya berbentuk telur, dengan panjang lima sampai 10 centimeter, dan berwarna merah cerah jika masak.
Penyebarannya, secara alami di daerah tropis Indo Pasifik, dari Seychelles sampai Polinesia Perancis. Bintaro sering kali merupakan bagian dari ekosistem Hutan Mangrove. Di Indonesia bintaro sekarang digunakan sebagai tumbuhan penghijauan daerah pantai serta peneduh kota.
Daun dan buah Pohon Bintaro mengandung zat yang bisa memengaruhi jantung, suatu glikosida yang disebut cerberin, yang sangat beracun. Getahnya sejak dulu dipakai sebagai racun panah atau tulup untuk berburu. Racunnya dilaporkan dipakai untuk bunuh diri atau membunuh orang. [HAR]