Terpilihnya kerabat dekat Joko Widodo (Jokowi) Presiden, dalam dua kontestasi pilkada serentak 2020, dipastikan akan berpengaruh dalam penentuan Bakal Calon Walikota (Bacawali) Surabaya.
Ini disampaikan Muhammad Rizal Ketua Umum Gerakan Arek Suroboyo Menang (GARANG) menyikapi jelang digelarnya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) atau Pemilihan Walikota (Pilwali) Surabaya yang akan digelar, 9 Desember 2020.
Menurut Rizal, sudah bisa diduga, kondisi Surabaya tidak akan jauh beda dengan Solo dan Medan.
“Kalau di Solo anak Jokowi dan di Medan anak menantunya, nah, untuk Surabaya sudah bisa diduga siapa yang akan mendapat rekomendasi Bacawali Surabaya. Yang pasti dari trah Soekarno dan punya pengaruh signifikan di Surabaya, tidak lain ya Mbak Puti yang punya nama lengkap Puti Pramathana Puspa Seruni Paundrianagari Guntur Soekarno Putri,” ujar Rizal, Rabu (12/08/2020).
Kata Rizal, analisa ini sudah bisa dibaca dengan terus diolornya penyampaian nama bacawali Surabaya yang akan diusung PDI Perjuangan. “Meski sebagai partai pemenang pemilu dan peraih kursi terbanyak di DPRD Surabaya, PDIP terlihat masing gamang menentukan sikap, karena kader-kader yang mendaftar untuk jadi bacawali dinilai belum pas dan belum layak maju jadi bacawali. Tapi justru kader yang tidak mendaftar yang sebenarnya lebih layak jadi bacawali Surabaya,” papar Rizal.
Ditambahkan Rizal, dari beberapa kader PDIP yang mendaftar bacawali Surabaya, diantaranya punya faksi-faksi sendiri di internal partai dan dikhawatirkan kalau satu diantaranya dipilih, akan melemahkan posisi partai, karena perolehan suara dalam pilwali Surabaya dipastikan akan terpecah belah.
“Untuk menghindari perpecahan internal itu, PDIP butuh sosok pemersatu, yaitu Mbak Puti cucu Soekarno Proklamator Bangsa Indonesia yang sudah tidak bisa dibantah ideologi, trah dan loyalitasnya untuk partai. Mbak Puti, pilihan paling aman dan tepat untuk PDIP mengajukannya dalam Pilwali Surabaya, dengan beberapa pertimbangan signifikan, diantaranya Mbak Puti tidak memihak faksi-faksi di internal DPC PDIP Surabaya, Mbak Puti peraih suara terbanyak dalam pemilu legislatif 2019 lalu di Surabaya dan pernah jadi calon wakil gubernur Jawa Timur mendampingi Gus Ipul, meski belum cukup perolehan suaranya untuk jadi wakil gubernur,” terang Rizal.
Selain itu, kata Rizal, Surabaya tetap perlu sentuhan sosok wanita yang bisa mengayomi warganya dengan gaya yang lebih muda, dinamis, cerdas dan tidak emosional, lebay, plin-plan apalagi nangisan dan ngamukan.
Agar seimbang dalam menjalankan pemerintahan di Surabaya, Mbak Puti perlu didampingi sosok birokrat yang pas dan berpengalaman. “Sosok ini tidak lain Dwi Purnomo Mantan Kadisnaker Surabaya yang dicopot Risma tanpa sebab yang jelas dan dinonjobkan sampai sekarang. Pak Dwi ini yang akrab disapa Pak D, punya pengalaman dan jaringan yang tidak bisa dibantah di Surabaya. Selain dekat dengan buruh dan pekerja, Pak D dulu juga berperan penting dalam kemajuan Surabaya, waktu menjabat Camat Sawahan yang wilayah kerjanya membawahi kawasan lokalisasi Dolly, juga pernah jadi Camat Bulak, sampai akhirnya menjabat Kadisnaker Surabaya hampir 10 tahun terakhir,” ungkap Rizal.
Dengan kondisi yang pas ini, diharapkan pasangan Mbak Puti-Pak D bisa jadi lawan tangguh untuk pesaingnya yang sudah mulai koar-koar dimana-mana sebagai sosok berpengalaman. “Pasangan Mbak Puti-Pak D sangat imbang, dan akan jadi lawan berat dari Machfud Arifin pensiunan polisi yang maju jadi Bacawali Surabaya dari multi partai di Surabaya,” jelas Rizal.
Sementara Yanto Banteng Simpatisan PDI Perjuangan mengatakan, Surabaya butuh banteng bukan celeng, agar lebih maju dan tidak terpuruk seperti sekarang. “Banteng itu pemberani, tegas dan punya tujuan jelas dalam bertindak, jangan seperti celeng yang sekarang ini kondisinya dirasakan warga Surabaya. Celeng itu nyeruduk tanpa tujuan dan suka lari dari tanggung jawab kalau ada masalah,” papar Yanto.
Kata Yanto, sebagai Simpatisan PDI Perjuangan dari zaman PDI ProMeg sampai sekarang, dirinya merasakan ada yang tidak biasa di internal PDI Perjuangan. “Eman kalau partai ini dimasuki dan ditunggangi celeng-celeng yang hanya numpang lewat hanya untuk mencuri dan melampiaskan nafsu politik serta kepentingan pribadi juga kelompoknya, tanpa memperdulikan nasib partai ke depan,” sesal Yanto.
Yanto berharap, Surabaya akan lebih baik ke depan dengan bacawali yang tepat dan pas hasil rekomendasi partainya. “Yang pasti jangan celeng, karena masih ada banyak kader terbaik di PDI Perjuangan, bisa Mbak Puti, Mas Whisnu, Baktiono, Dyah Katarina. Orang-orang ini, saya tahu sekali sepak terjang dan perjuangannya untuk partai dan tidak bisa dibantah, karena banyak saksi dan bukti yang masih nyata sampai sekarang,” pungkas Yanto. [DIK]