Punahnya satwa-sawta liar asli Indonesia mengundang keprihatian manajemen Taman Safari Prigen di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Untuk itu, Taman Safari mengajak ratusan jurnalis dari beragam media untuk lebih dekat mengenal satwa dengan menggelar “Media Jungle Party” dan mengusung tema “Let’s Glow In The Jungle”.
“Media Jungle Party yang diadakan pada 25 November 2017 di Jungle Camp, tidak hanya gathering media, tapi juga untuk mengedukasi kawan-kawan media massa mengenai konservasi satwa. Sebagai Iembaga konservasi satwa, kami menjaga dan melestarikan satwa-satwa Indonesia dan satwa-satwa endemik, serta melakukan beberapa upaya konservasi bagi satwa yang ada di Indonesia dan Dunia,” kata Ashrully S. Y. Marketing Communication Manager Safari Prigen, (25/11/2017).
Kata Ashrully, di Indonesia, berdasarkan data IUCN ada 2 satwa terkategori punah (Harimau Sumatera dan Harimau Bali), 66 spesies berkategori kritis dan 167 spesies kondisi genting. Hal ini menggugah para jurnalis untuk ikut serta memberikan kontribusi untuk konservasi satwa-satwa itu.
Menurut Ashrully, 2018 mendatang, Taman Safari Prigen akan membuka wahana baru, Australiana Zone yang akan ditempati satwa endemik Australia seperti Wombat, Walabi, Kangguru dan Kolala. “Koala yang berarti “tidak minum” di bahasa Aborigin, merupakan satwa nocturnal yang sangat mirip dengan manusia, diantaranya memiliki sidik jari yang mirip dengan sidik jari manusia. Dengan nama latin Phascolarctos cinereus merupakan satu diantara binatang berkantong (marsupial) khas dari Australia dan merupakan wakil satu-satunya dari keluarga Phascolarotidae. Meskipun koala berarti tidak minum, tapi mereka tetap minum air dari daun yang dia makan,” papar Ashrully.
Dengan Media Jungle Party, Taman Safari Prigen memberikan pengalaman yang berbeda dengan penginapan berkonsep alam, satu diantaranya fasilitas terbaru yang ditawarkan, berupa Jungle Camp. Merupakan area yang terdiri dari beberapa Griya dapat menampung sampai 120 orang dengan Aula dapat menjadi pilihan baru untuk out bond atau gathering.
Sementara Teguh Ardi Srianto Ketua Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan – KJPL Indonesia yang juga diundang khusus dalam kegiatan itu mengatakan, agenda yang digelar Taman Safari sangat bagus untuk peningkatan kapasitas para jurnalis, khususnya tentang satwa dan alam liar, hanya saja karena terkendala cuaca, sehingga acara tidak berjalan maksimal.
“Acara seperti ini, tidak bisa kalau hanya digelar dalam beberapa jam, tapi perlu waktu khusus dan pemahaman khusus dari para jurnalis yang dipilih, sehingga pemahaman para jurnalis semakin meningkat, khususnya tentang satwa dan alam liar, juga lingkungan pada umumnya,” ujar Teguh yang juga Aktivis Lingkungan Hidup.
Teguh menjelaskan, jika perlu KJPL Indonesia sebagai lembaga resmi dan berbadan hukum, juga bersedia untuk digandeng Taman Safari untuk meningkatkan kapasitas para jurnalis, khususnya tentang lingkungan hidup. [CHA]