Tiga wartawan Lumajang korban teror SMS dari orang tak dikenal, Sabtu (07/11/2015) malam, mulai diperiksa tim penyidik Ditreskrimum Polda Jatim.
“Kami bertiga menerima teror SMS secara berurutan pada Kamis (05/11/2015) mulai pukul 02.54 WIB sampai pukul 02.56 WIB,” kata Wawan Sugiharto wartawan TV-One, yang diperiksa penyidik mulai pukul 15.00-18.00 WIB.
Didampingi dua kawannya Abdurrohman (Kompas TV) dan Ahmad Arif Ulinnuha (JTV) yang menunggu proses pemeriksaan, dia menjelaskan isi SMS teror dan nomor telepon peneror sama.
Isi SMS teror, “Anda itu jangan jadi sok alim, wan. Kalau Anda di lain hari tetap memberitakan pasir, Anda aku bondet rumah atau Anda wan waktu jalan kemana pun. Aku sekarang dekat dari rumahmu, jok. Kenapa mas Agus Yuda juga diberitakan. Apalagi sampai dipanggil KPK, Anda akan aku bondet rumahmu, wan. Wassalam. Team Sak Masek Mutiara Halem. Aku Sahril Klakah”.
Selanjunya, “Coba laporkan aku ke Polres, sebelum melangkah, Anda sudah tewas. Bagi wartawan yang memberitakan tentang kasus Lumajang jangan enak-enak, entar lagi pasti ada yang kena mercon bantingan. Wassalam. Semua Team 32 Lumajang”.
Dalam pemeriksaan, Wawan Sugiharto yang akrab disapa Iwan itu mengaku dirinya ditanya penyidik sampai 30 pertanyaan tentang kronologis teror dan kemungkinan motif peneror.
“SMS teror yang kami terima Kamis (05/11/2015) itu kami laporkan ke Polda Jatim pada Jumat (06/11/2015), lalu kami bertiga dipanggil pada Sabtu (07/11/2015) pagi untuk menjalani pemeriksaan, tapi pemeriksaan pertama untuk saya dimulai pukul 15.00 WIB, sedangkan teman lain masih belum,” katanya.
Tentang motif atau tujuan peneror, dia menduga itu ada hubungannya dengan pemberitaan yang selama ini disoroti ketiga jurnalis televisi itu sesudah tewasnya Salim Kancil aktivis antitambang Lumajang, 26 September 2015.
“Tapi, peliputan kami di lapangan mulai 26 September sampai 4 November tidak ada masalah. Peliputan yang kami lakukan pada 3-4 November tentang penambangan di Sungai Mujur, Desa Lempeni, Kecamatan Tempeh, Lumajang, yang masih operasional di tengah moratorium,” katanya.
Bahkan, peliputan pada 4 November menyoroti razia yang dilakukan Polsek setempat tentang penambangan di Sungai Mujur, Desa Lempeni, Kecamatan Tempeh, Lumajang, yang menyita empat kendaraan penambang.
“Tapi, Kamis (05/11/2015) dinihari itu, kami bertiga menerima SMS teror secara berantai dengan isi dan dari nomer telepon yang sama, sedangkan teman lain tidak ada, karena itu kami menduga teror itu ada kaitan dengan peliputan kami pada 3-4 November,” jelasnya.
Sementara Kombes Pol RP Argo Yuwono Kabid Humas Polda Jatim menegaskan kalau Polda Jatim sudah menerima laporan teror itu dan langsung melakukan pemeriksaan.
“Kami juga melakukan pengamanan keluarga pelapor dari berbagai kemungkinan ancaman seperti dalam isi SMS itu, tapi kami belum menangkap pelaku teror itu,” jelasnya.
Informasi yang berhasil dihimpun dari sumber lain menyebutkan penyidik Polda Jatim sudah mengidentifikasi peneror berinisial HL dan langsung minta Polres Lumajang untuk meringkus pelaku teror, Sabtu (07/11/2015). [HAR]