Joko Widodo (Jokowi) Presiden ingin menjadikan Tuban sebagai Kawasan Industri Petrokimia di Indonesia.
“Ini sebuah keputusan politik yang saya putuskan,” kata Presiden sesudah meninjau meninjau kilang-kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur, Rabu (11/11/2015) siang.
Presiden didampingi Ibu Negara, Rini Soemarno Menteri BUMN, Pramono Anung Sekretaris Kabinet, dan Teten Masduki Kepala Staf Presiden waktu berkunjung ka PT TPPI, di Tuban, dalam rangkaian kunjungannya ke Jawa Timur, sejak Senin (10/11/2015) malam.
Peninjauan ini dilakukan Presiden untuk melihat langsung produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium (Ron 88) dengan total produksi mencapai 68 ribu barel per hari.
Menurut Presiden, pengelolaan TPPI yang sekarang sudah dilaksanakan secara penuh Pertamina akan diperluas sampai mampu memproduksi bahan tekstil, polyster, lem hingga kaca film. Perluasan kawasan akan memakai lahan milik Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.
“Semua bisa diproduksi di sini. Saya sampaikan ini adalah dasar industri Petrokimia di Indonesia. Jangan berhenti. Kalau di sini kita siap kenapa ditanyakan. Semua akan diolah di Indonesia,” tutur Jokowi.
Dengan beroperasinya TPPI, menurut Presiden Jokowi, pengolahan premium dalam negeri dapat mengurangi impor premium 20 persen atau 61.000 barel per hari. Kalau harga gasoline 60 dollar AS per barel, maka devisa yang bisa dihemat akan mencapai 2,1 miliar dollar per tahun.
“Dari proses produksi yang ada di sini kita bisa hemat 2,1 miliar dollar AS setiap tahun sekali. Ini bukan angka kecil, angka yang besar sekali,” ungkap Jokowi.
Seperti diketahui TPPI mulai dikelola Pertamina pada pertengahan September 2015 dengan target operasi awal Oktober 2015.
Untuk operasi Oktober, pengadaan bahan baku TPPI dilakukan dengan mengalihkan kondensat dari kilang Pertamina.
Dengan kondisi itu, kapasitas TPPI pada Oktober-November 2015 sebesar 70-80 persen. Pertamina sendiri merencanakan kapasitas operasi TPPI pada Desember mencapai 100 persen. [DON]